Selasa, 18 November 2014

MAKALAH MENEJEMEN DAKWAH

BAB I
PENDAHULUAN   
Isalam adalah agama dakwah. Yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan islam kepada seluruh umat islam manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan sebagai pedoman hidup filaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh umata manusia.
            Usaha untuk menyebar luaskan islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya ditengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupaka usaha dakwah, yang dalam keadalan bagaimana pun dia harus dilaksanakan oleh umat islam.
            Penyelenggaraan usaha dakwah islam, terutama dimasa depan aka semakin bertambah dan kompleks. Hal ini disebabkan karena masalah-masalah yang dihadapi oelh dakwah semakin berkembang dan kompleks pula.
            Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya, telah banyak membawa banyak perubahan bagi masyarakat. Baik dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Dari dimensi yang satu kemajuan ilmu kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teologi memang telah membuat umat manusia lebih sempurna dalam meguasai, mengelola dan mengelola alam untuk kepentingan kesejahteraan hidup mereka. Tetapi dari dimensi yang lain, kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi itu justeru menimbulkan hasil-hasil samping atau ikutan yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki.[1] Bahkan yang kadang-kadang menyulitkan dan mengancam pehidupan umat manusia itu sendiri. Sebagai hasil samping dari pengetrapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan pertanian, industri, pengangkutan dan pemukiman manusia, telah mengakibatkan timbulya polusi biologis, polusi kimiawi, perusakan dan disrupsi fisik, populusi dan disrupsi sosial serta memburuknya atau menurunnya sumber-sumber, misalnnya menurunnya sumber-sumber bermineral, sumber-sumber tanah atau hutan.[2] Disamping itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nampaknya juga tidak diikuti kemajuan akhalak dan budipekerti, bahkan sebaliknyaterlihat adanya tendensi semakin merosotnya nilai-nilai kemanusiaan, sehingga boleh diikat manusia dewasa ini sedang mengalami kerisis nilai-nilai insani (human values).[3]
            Demikian pula adanya ketidak seimbangan  dalam perataan dan pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga menimbulkan jarak yang semakin melebar antrara penduduk negri-negri miskin, adalah merupakan problema kemanusiaan yang cukup gawat. Dapatlah digambarkan berapa lebarnya jurang itu apabila dari penghasilan total di dunia hnaya dua puluh prosen saja ketangan tujupuluh prosen dari sepuluh penduduk dunia ini. Sedangkan sebagiannya hanya dinikmati negri-negri kaya.[4] Akibat adnaya ketimpangan dalam pembagian rizki daiantara penduduk dunia inilah maka tiidak mengherankan apabila dari empat miliar jumlah penduduk dunia ini kira-kira satu miliar menderita kelaparan atau kekurangan gizi.[5]
A.    Landasan Teori
1.      Bagaimana devinisi menjemen dakwah?
2.      Apa saja fungsi menejemen dakwah?
BAB I
PEMBAHASAN
A.  Pengertian menejemen Dakwah
Secara etimologi, menejemen dakwah berasal dari kata management, menurut WJS Poerwodarmito, dan Kamus Lengkap, manajemen artinya pimpinan, direksi, atau pengurus.[6]
Sedangkan secara terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.      Menurut M. Manulang:
Manajemen itu mengendung tiga pengertian, (1) manajemen sebagai proses, (2) manajeman sebagai kolektifitas orenf-oreng yang melekuken aktivitas menajemen, dan (3) manajemen sebagai suatu seni dari suatu ilmu.[7] Lebih lanjut dikatakan bahwa manajemen adalah fungsi-fungsi untuk menyempaikan sesuatu kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.[8]
2.      Menurut Jhon D Willet, dalam bukunya management in the Publick Service, mengetakan:
Managemen is process of dircting and facilitating the work of peple organized in formal group to achives a disired goals. (Manajemen adalah proses mengarahkan dan fasilitas kerja kelompok manusia dari organisasi formal untuk mencapai tujuan yang teelah ditetapkan)[9]
3.      Menurut George R Teerry dalam bukunya The Principel of Management, bahwa menejemen adalah:
The accomplishing of a predentermined objective thought thr effort of other people. (Penyelesaian tujuan yang telah diterapkan sebelumnya kegiatan atau usaha orang lain)[10]
            Sementara dakwah adalah mengajak mausia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat. Jelasnya agar objek penerimaan dakwah dapat meleksanakan ajaran islam dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa menajemen dakwah adalah proses merencanakan tugas, mengelopokkan tugas. Menghimpun atau menetapkan tenaga –tenaga pelaksanaan dalam kelompok-kelompok tugas itu. Kemudian  menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah yang diinginkan.
Denganperkataan lain pada hakikatnya manajemen dakwah merupakan proses tentang bagaimana mengadakan kerjasama, dengan sesama muslim untuk membayar luaskah ajaran islam kedalam tatanan kehidupan umat manusia dengan cara effektif dan evisien. Oeleh karena itu,  manajemen dakwah dapat diartikan pula sebagai suatu proses memimpin, membimbing, dan memberikan fasilitas-fasilitas tertentu dari usaha dakwah orang yang terorganisir secara formal guna mencapai tujuan yang telah diterapkan.
B.  Pentingnya Manajemen Dakwah
Islam adalah agama yang mengendung ajaran lengkap, sempurna, bersifat universal serta komprehensif. Karena ajaran isam yang telah sempurna itu maka ia tidak dapat ditambahkan. Sebaliknya dalam pelaksanaan sangatlah mungkin untuk berkurang. Oleh karena itu, perlu adanya usaha yang optimal, rencana dengan baik, disamping perlllu koordinasi dengan berbagai pendekatan untuk menekan sekecil mungkin berkurang nilai-nilai islam ditengah-tengah hidup dan kehidupan manusia.
Dakwah yang berfungsi sebagai katifitas untuk membumikan islam sebagai agama yang sempurna, universal serta konvhensif dihadapkan dalam masalah-masalah eksternal yang berhubungan dengan berbagai aspekhidup dalam kehidupan manusia, miisakam sosial budaya, ekonomi, pendidikan, di samping adanya kemampuan kemajuantehknis tehnologi, sikap metrialisme, sukuralisme, dan rasionalisme.
Demikian masalah internal, dakwah banyak menghadapi berbagai kendala, seperti kurangnya mubaligh (Ulama da’i), terbatasnya sarana prasarana atau media, kurang tepatnya penggunaan atau metode, minimnya suatu perncanaan serta koordinasi pengelolaan maupun pelaksanaan dakwah dan sebagainya.
C.  Kepemimpinan (LEADERSIP) dalam Dakwah
Kepemimpinan atau Lendership sering dianggap sebagai inti dari manajemen. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan pada dasarnya bertumpu pada pemimpinan atau menejer di dalam memimpi. Seorang pemimpin harus bisa mementingkan kepentingan organisasi lembaga yang dipimmpinnya. Seorang pemimpin dalam memimpin sifarnya tidak memaksa. Dia menjadi teladan dan sebagai pendorong yang dipimpin untuk mencapai tujuan yng digariskan.
Mengingat bahwa pengertian dakwah itu sangat luas dan tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, disamping juga mempunyai jangkauan yang begitu kompleks maka dakwah hanya dapat dilaksanakan secara evektif manakala dilakukan tenaga-tenaga yang mempu melaksanakan tugasnya, baik secara kualitatif maupun kuanitatif.
Jika kepemimpinan atau lendership dirtikan sebagai peroses untuk mempengaruhi suatu tindakan  kelompok teror organisasi atau orang-orang dibawahnya  agar mereka para pengikut meneerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan diawasi oleh pemimpin tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan kemauan serta keahlian menejemen. Sebab dua hak tersebut merupakan dua syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang bergerak dibidang lapangan apa saja barulah dapat dikatakan sebagai pemimpin yan efektiv bilamana saja barulah dapat dikatakan sebagai pemimpin –pemimpin dalam bidang apapun juga termasuk dalam hal ini bidang dakwah, nilai-nilai kepemimpinan harus dimiliki.
Diantara nilai-nilain lendership dakwah, yaitu
1.      Subjek dakwah mempunyai lmu pengetahuan yang luas.
2.      Subjek dakwah mempunyai pandangan jauh ke masa depan.
3.      Subjek dakwah harus arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas.
4.      Subjek dakwah harus teguh pendirian dan menjalankan tugas dakwah.
5.      Subjek dakwah harus adil dan bijaksana dalam beritindak.
6.      Subjek dakwah harus sehat jasmani dan rohani.
7.      Subjek dakwah harus pendai berkomuniksai.
8.      Subjek dakwah harus ikhlas dalam menjalankan tugas dakwah.
9.      Subjek dakawh harus yakin bahwa misinya akan berhasil.
D.  Fungsi Manajemen Dakwah
Pada umumnya pengertian manajemen itu dipertegas dengan bermacam-macam fungsi. Pera ahli berbeda pendapat mengenai fungsi-fungsi menejemen.
Prof. The Liang Gie memilahkan fungsi menejemen ke dalam perencanaan, perorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan.[11]
1.    Planning (Perencanaan)
Pada hakikatnya perencanaan berfungsi memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa, tugasnya dilakukan. Perncanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan apabila hal ini dicapai, siapa yang harus bertanggung jawab, mengapa hal tersebut harus dicapai.
Jadi, perencanaan itu merupakan salah satu fungsi menejemen yang snagat menentukan, sebab didalamnya terdapat apa yang ingin dicapaioleh sesuatu organisasi serta langkah-langkah apa yang dilakukan unutk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan juga sangat menetukan keberhasilan menejemen dalam mencapai tujuan organisasi,  terutama untuk menjaga agar selalu dapat dilaksanakan secara evektif dan evisien. Karena fungsi peren canaan adalah sebagai berikut.
a.    Untuk mengatur aktifitas dakwah secara sistematis dan terorkodinat guna memudahkan dan mengefektifkan usaha-usaha pencapaian tujuan dakwah
b.    Untuk memperolrh gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan kehidupan beragama.
c.    Memberikan landasan untuk melekukan pengawasan kerja dakwah dan penilaian atas hasil-hail yang sudah dikerjakan.
d.   Mendorong seseorang untuk memperoleh presentasi kerja dan profesional yang sebaik-baiknya.
e.    Memeberikan kemungkinan pengambangan strategi dakwah secara eferktif dan efisien.
Planing atu perencanaan ditunjukan sebagai usaha untuk melihat masa depan, memberikan rumusan tentang kebijakan maupun tidak-tanduk dakwah masa mendatang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnyaa. Perencanaan dakwah yang matang, akan menghasilkan sutu hasil yang baik dan maksimal. Karena itu pelaksanaan dakwaj harus direncanakan sedemikian rupa, tidak dilaksanakan asal-asalan, tetapi terprogram dan terencana dengan baik.
2.    Organizing (Pengorganisasian)
Organizing adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu. Organisasi dalam arti bagan atau gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat (ada) dalam rangka usaha mencapai tujuan.
Satuhal yang terpenting dalam satu organisasi adalah tidak terjadi dualisme kepemimpinan, dengan tujuan semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota oraganisasi bersumber dan bertumu pada satu kepemimpinan. Begitu pula dalam lembga organisasi dakwah yang telah ditetapkan.
Perorganisasian dakwah dapat diartikan sebagai tindakan untuk menghubungkan aktifitas-aktifitas dakwah yang efektif dalam wujud kerja sama antara para da’i sehingga mereka dapat memperoleh manfaat-manfaat pribadi dalam upaya dalam mewujudkan tujuan dakwahyang diinginkan.
Dalam oraganisasi dakwah terdapat empat langkah yang harus ditempuh, yaitu:
a.       Mebagi-bagi ekerjaan atau tindakan dakwah yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.
b.      Menetapkan dan mengelompokkan oranga atau para da’i dalam melaksanakan tugasnya.
c.       Menetapkan atau lingkungan dimana aktivitas dakwah itu akan dikerjakan.
d.      Menetapkan jalinan kerjasama antara para dai sebagai sesuatu kesatuan kelompok kerja.
Dalam hal ini pengorganisasian mencakup segala aspek pelaksanaan dakwah, baik bagi individual maupun maupun bagi kolektif pekerjaan dakwah. Sehingga masing-masing bidang melaksanakan tugasnya dengan baik.
3.    Actuiting (Penggerakan)
Actuiting dapat diartikan pergerakan anggota kelompok sedemikian sehingga berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran usaha yang diinginkan. Actuiting merupakan fungsi menejemen secara langsung berusaha merealisasikan keinginan-keinginan oraganisasi, sehingga dalam aktifitas senantiasa berhubungan dengan metode dengan kebijaksanaan dalam mengatur dan mendorong agar bersedia melakukan tindakan yang diiginkan oleh orgaisasi tersebut. Supaya aktivitas actuiting ini berhasil, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.       Pemenuhn kebutuhan-kebutuahan peribadi para da’i.
b.      Pengetahuan tentang tujuan dan persepetsi atas tugas-tugas yang dilaksanakan, dan
c.       Pengetahuan tentang pencapaian tujauan dan realitas atas kebutuhan yang membimbingnya.
Dalam upaya mempengaruhi dan memotifasi pada da’i dismping meberikan bantuan, pemenuhan penugasan yang jelas dan mendukung pengembangan skil para da’i maka prilaku harus diubah dengan teladan, pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran, meotivasi. Dan komunikasi yang baik serta penyajian fakta dakwah yang objektif.
4.    Controlling (pengawasan)
Controlling adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendali dan sesuai dengan instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentuan yang sebelum-sebelumnya ditetapkan berrsamaan. Pengendalian atau pengawasan pelaksanaan dakwah pada hikayatnya. Dilaksanakan untuk megawasi dan mengetahui siapa didalam usaha-usaha dakwah yang sudah dilakukan oleh setiap tenega da’i sejalan dengan tugas-tugas yang telah diberikan.
Kegiatan pegawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan da’i sebagai subjek dakwah. Dalam menjalankan tugasnya akan tetapi untuk menyinkrongkan antara rencana dengan ralisasi dakwah yang ditetapkan.
Dalam katifitas Controlling dakwah, dapat disebutkan hal-hal berikut:
a.       Mengetahui apakah aktivias dakwah yang dilakukan da’i dijalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Dengan demikian seorang juru dakwah sebagai pimpinan dakwah dapat ceara dini memproyeksikan probabilitas yang kan terjadi berdasarkan hasil pengawasan tersebut.
b.      Mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemaha-kelemahan, hambatan-hambatan kerja dakwah sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan aktifitas dakwah itu sendiri.
c.       Mengingatkan efektivitas dan evisiensi kerja dakwah itu sendiri.
d.      Mencari jalan keluar yang lebih tepat jika terjadi kesulitan danhambatan-hambatan dalam pelaksanaan dan penyempurnaan aktivitas dakwah secara sitematis, strategis, dan taktis.
Bentuk nyata atau mekanisme pengendalian dakwah, yaitu berupa laporan dari pelaksana dakwah itu sendiri dan penilaian-penilaian dari tenaga pengawas yang di tugaskan.
Dra. A. Rasyad Shaleh menetapkan standar pengikuran sebagai dasar penilaian hasil kerja dakwah mencakup empat aspek, yaitu
a.       Ukuran kualitas hasil pekerjaan dakwah.
b.      Ukuran kuantitas hasil pekerjaan dakwah.
c.       Ukuran hasil yang dikaitkan dengan penggunaan waktu, dan
d.      Ukuran yang dikaitkan dengan pengguanaan biaya.[12]
Dalam rangka pengendalian atau pengawasan, dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan hasil pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang telah lampau.
E. Evaluating (Evaluasi)
            Evaluating adalah suatu tugas untuk mengevaluasi kegiatan agar aktivits dakwah bertabah baik dimasa mendatang. Segala aspek yang berkaitan dengan kativitas dakwah harus dievaluasi, baik subjek dakwah, metode dakwah, strategi dakwah, media dakwah, pesan-pesan dakwah dan sebagainya. Dengan evaluasi ini diharapkan faktor-faktor penghamabt yang bersifat negatif dalam pelaksanaan dakwah diminimalisir.
            Hasil evvaluasi tersebut memudahkan pera pekerjaan dakwah meninvetarisir faktor-faktor apa saja yang kurang berhasil dalam pelaksanaan dakwah. Dengan demikian, evaluasi  dakwah dapat memperbaiki kinerja pelaksanaan dakwah pada masa mendatang dan aktifitas dakwah, dapat berhasil sesuai dengan harapan yang dikehendaki. [13]



BAB III
KESIMPULAN, SARAN, dan PENUTUP
A.  Kesimpulan
Proses dakwah islam yang aktifitasnya meliputi segenap segi atau bidang kehidupan serta sangant kompleks persoalan-persoalan yang dihadapinya,  akan dapat berjalan secara efektif dan secara efisien apabila dalam penyelenggaraanya senantiasa mempergunakan dan memanfaatkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh ilmu menejemen. Disini ternyata bahwa ilmu menejemen yang pada mulanya tumbu dan berkembang dikalangan dunia perusahaan (bissnis) dan industri,  mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi proses dakwah islam.
Dalam pemanfaatan dan pengentrapan perinsip-prinsip menejemen dalam proses dakwah islam, meskipun pendekatn dilakukan dari segi pandang ilmu menejemen, namun haruslah tetap dilandaskan pada prinsip-prinsip dakwah. Sebab sesuai dengan ajaran yang didakwahkan dan contoh teladan yang telah diberikan oleh rasul allah muhammad S.A.W, dakwah punya karakteristik atau watak tersendiri.
B.  Saran
1.    Dalam pembicaraan tentang sejarah administrasi dan menejemen, para ahli administrasi biasanya membagi tiga fase perkembangan, yaitu: frase sejaah yang berakhir pada 1 Masehi, frase sejarah yang berakhir pada tahun 1886 Masehi dan frase moderen dimulai tahun 1886 hingga sekarang.[14]
Dalam pembicaraan tersebut, terutama pada frase sejarah, sama sekali tidak pernah dikemukakan adanya peranan dan sumbangan agama dan umat islamterhadap perkembangan administrsi dan menejemen itu. Padahal umat islam. Terutama pada zaman Nabi Muhmmad SAW, dan para khalifah penggantinya, pernah menguasai negri-negri dan kawasan yang sangat luas dipermukaan bumi ini. Bagaimana mungin umat islam dapat mengatur negrinya yang begitu luas, tanpa menggunakan prinsip-prinsip yang sekarang administrasi dan menejemen itu.
Atas dasr ini maka perlu rasnya umat islam teruatama lembaga-lembaga perguruan tinggi islam melakukan penelitian dan pembuktian sejarah, bahwa umat islam mempunyai sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan administrasi dan menejemen.
2.    Untuk lebih meningkatkan penyelenggaraan dakwah islam, terutama dalam menghadapi perubahan masyarakat yang sangat pesat dan kopleks, para pelaku dawah, terutama pemimpinnya, perlu meningkatkan kemampuan menejemennya. Sehingga penyelenggaraan dakwah berjalan secara efektif dan efesien.
C.  Penutup
Demikianlah, mudah-mudahan tulisan ini merupakan sumbangan berharga, terutama dalam intensifikasi penyelenggaraan dakwahislam dewasa ini, di negri  tercinta ini. Amin.



DAFTAR PUSTAKA
Drs. Samsul Munir, M.A. Ilmu Dakwah. Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2009
Drs. A. Rosyad Shaleh, Management Da’wah Isam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977.



[1] Prof. Dr. Ir.Tb. Bachtiar Rifa’i dan Teknologi pembangunan dan Lingkungan Problema Keseimbangan Menuju Kwalitas Hidup, Prisma, Nomor 1 Tahun ke III, Pebruari 1974, Penerbit L.P.3.ES, Jakarta. hal 6
[2] Ibid.
[3] Ibid, halaman 4
[4] Dr. Soejatmoko, Futuologi dan Kita: Suatu Urain Pengantar, Prisma, Nomor 2, april 1975, Penerbit L.P.3.ES, jakarta, hal. 10.
[5] Ibid.
[6] WJS Poerwodarmito. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung. Hasta, hal. 107.
[7] Drs. M. Manulang. Dasar-Dasar manajemen, jakarta: Ghaila Indonesia.1981, hlm. 15.
[8] Ibid.
[9] Drs. M. Machhasin. Manajemen dakwah, Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1987. Hal. 1.
[10] Ibid.
[11] Drs. M. Manulang, op.cit., hlm. 14.
[12] Drs. A. Rosyad Shaleh, Menejmen Dakwah, hal. 143.
[13] Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah, Cetakan Pertama. 2009.
[14] S.P. Siagian MPA, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta 1971, hal. 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar