BAB
I
PENDAHULUAN
Isalam
adalah agama dakwah. Yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan
menyiarkan islam kepada seluruh umat islam manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh
alam, islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat
manusia, bilamana ajaran islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu
dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan sebagai pedoman hidup
filaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh umata manusia.
Usaha untuk menyebar luaskan islam,
begitu pula untuk merealisir ajarannya ditengah-tengah kehidupan umat manusia
adalah merupaka usaha dakwah, yang dalam keadalan bagaimana pun dia harus
dilaksanakan oleh umat islam.
Penyelenggaraan usaha dakwah islam,
terutama dimasa depan aka semakin bertambah dan kompleks. Hal ini disebabkan
karena masalah-masalah yang dihadapi oelh dakwah semakin berkembang dan
kompleks pula.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi misalnya, telah banyak membawa banyak perubahan bagi masyarakat. Baik
dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Dari dimensi yang satu kemajuan
ilmu kemajuan ilmu pengetahuan dan ilmu teologi memang telah membuat umat
manusia lebih sempurna dalam meguasai, mengelola dan mengelola alam untuk
kepentingan kesejahteraan hidup mereka. Tetapi dari dimensi yang lain, kemajuan
ilmu pengatahuan dan teknologi itu justeru menimbulkan hasil-hasil samping atau
ikutan yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki.[1]
Bahkan yang kadang-kadang menyulitkan dan mengancam pehidupan umat manusia itu
sendiri. Sebagai hasil samping dari pengetrapan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam proses pembangunan pertanian, industri, pengangkutan dan pemukiman
manusia, telah mengakibatkan timbulya polusi biologis, polusi kimiawi,
perusakan dan disrupsi fisik, populusi dan disrupsi sosial serta memburuknya
atau menurunnya sumber-sumber, misalnnya menurunnya sumber-sumber bermineral,
sumber-sumber tanah atau hutan.[2]
Disamping itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nampaknya juga tidak
diikuti kemajuan akhalak dan budipekerti, bahkan sebaliknyaterlihat adanya
tendensi semakin merosotnya nilai-nilai kemanusiaan, sehingga boleh diikat
manusia dewasa ini sedang mengalami kerisis nilai-nilai insani (human values).[3]
Demikian pula
adanya ketidak seimbangan dalam perataan
dan pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga menimbulkan jarak yang semakin
melebar antrara penduduk negri-negri miskin, adalah merupakan problema
kemanusiaan yang cukup gawat. Dapatlah digambarkan berapa lebarnya jurang itu
apabila dari penghasilan total di dunia hnaya dua puluh prosen saja ketangan
tujupuluh prosen dari sepuluh penduduk dunia ini. Sedangkan sebagiannya hanya
dinikmati negri-negri kaya.[4]
Akibat adnaya ketimpangan dalam pembagian rizki daiantara penduduk dunia inilah
maka tiidak mengherankan apabila dari empat miliar jumlah penduduk dunia ini
kira-kira satu miliar menderita kelaparan atau kekurangan gizi.[5]
A.
Landasan
Teori
1. Bagaimana
devinisi menjemen dakwah?
2. Apa
saja fungsi menejemen dakwah?
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian menejemen Dakwah
Secara
etimologi, menejemen dakwah berasal dari kata management, menurut WJS
Poerwodarmito, dan Kamus Lengkap, manajemen artinya pimpinan, direksi, atau pengurus.[6]
Sedangkan
secara terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Menurut
M. Manulang:
Manajemen
itu mengendung tiga pengertian, (1) manajemen sebagai proses, (2) manajeman
sebagai kolektifitas orenf-oreng yang melekuken aktivitas menajemen, dan (3)
manajemen sebagai suatu seni dari suatu ilmu.[7]
Lebih lanjut dikatakan bahwa manajemen adalah fungsi-fungsi untuk menyempaikan
sesuatu kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan bersama.[8]
2. Menurut
Jhon D Willet, dalam bukunya management in the Publick Service,
mengetakan:
Managemen
is process of dircting and facilitating the work of peple organized in formal
group to achives a disired goals. (Manajemen adalah
proses mengarahkan dan fasilitas kerja kelompok manusia dari organisasi formal
untuk mencapai tujuan yang teelah ditetapkan)[9]
3. Menurut
George R Teerry dalam bukunya The Principel of Management, bahwa menejemen
adalah:
The
accomplishing of a predentermined objective thought thr effort of other people.
(Penyelesaian tujuan yang telah diterapkan sebelumnya kegiatan atau usaha orang
lain)[10]
Sementara dakwah adalah mengajak
mausia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat
kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebahagian
di dunia dan akhirat. Jelasnya agar objek penerimaan dakwah dapat meleksanakan
ajaran islam dengan sebaik-baiknya.
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa menajemen dakwah adalah proses merencanakan
tugas, mengelopokkan tugas. Menghimpun atau menetapkan tenaga –tenaga
pelaksanaan dalam kelompok-kelompok tugas itu. Kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah
yang diinginkan.
Denganperkataan
lain pada hakikatnya manajemen dakwah merupakan proses tentang bagaimana
mengadakan kerjasama, dengan sesama muslim untuk membayar luaskah ajaran islam
kedalam tatanan kehidupan umat manusia dengan cara effektif dan evisien. Oeleh
karena itu, manajemen dakwah dapat
diartikan pula sebagai suatu proses memimpin, membimbing, dan memberikan
fasilitas-fasilitas tertentu dari usaha dakwah orang yang terorganisir secara
formal guna mencapai tujuan yang telah diterapkan.
B. Pentingnya Manajemen Dakwah
Islam adalah
agama yang mengendung ajaran lengkap, sempurna, bersifat universal serta
komprehensif. Karena ajaran isam yang telah sempurna itu maka ia tidak dapat
ditambahkan. Sebaliknya dalam pelaksanaan sangatlah mungkin untuk berkurang.
Oleh karena itu, perlu adanya usaha yang optimal, rencana dengan baik,
disamping perlllu koordinasi dengan berbagai pendekatan untuk menekan sekecil
mungkin berkurang nilai-nilai islam ditengah-tengah hidup dan kehidupan
manusia.
Dakwah yang
berfungsi sebagai katifitas untuk membumikan islam sebagai agama yang sempurna,
universal serta konvhensif dihadapkan dalam masalah-masalah eksternal yang
berhubungan dengan berbagai aspekhidup dalam kehidupan manusia, miisakam sosial
budaya, ekonomi, pendidikan, di samping adanya kemampuan kemajuantehknis
tehnologi, sikap metrialisme, sukuralisme, dan rasionalisme.
Demikian masalah
internal, dakwah banyak menghadapi berbagai kendala, seperti kurangnya mubaligh
(Ulama da’i), terbatasnya sarana prasarana atau media, kurang tepatnya
penggunaan atau metode, minimnya suatu perncanaan serta koordinasi pengelolaan
maupun pelaksanaan dakwah dan sebagainya.
C. Kepemimpinan (LEADERSIP) dalam Dakwah
Kepemimpinan
atau Lendership sering dianggap sebagai inti dari manajemen.
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan pada dasarnya bertumpu
pada pemimpinan atau menejer di dalam memimpi. Seorang pemimpin harus bisa mementingkan
kepentingan organisasi lembaga yang dipimmpinnya. Seorang pemimpin dalam
memimpin sifarnya tidak memaksa. Dia menjadi teladan dan sebagai pendorong yang
dipimpin untuk mencapai tujuan yng digariskan.
Mengingat
bahwa pengertian dakwah itu sangat luas dan tidak dapat dilaksanakan
sendiri-sendiri, disamping juga mempunyai jangkauan yang begitu kompleks maka
dakwah hanya dapat dilaksanakan secara evektif manakala dilakukan tenaga-tenaga
yang mempu melaksanakan tugasnya, baik secara kualitatif maupun kuanitatif.
Jika
kepemimpinan atau lendership dirtikan sebagai peroses untuk mempengaruhi suatu
tindakan kelompok teror organisasi atau
orang-orang dibawahnya agar mereka para
pengikut meneerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan diawasi oleh pemimpin
tersebut.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan kemauan serta keahlian
menejemen. Sebab dua hak tersebut merupakan dua syarat yang harus dimiliki
seorang pemimpin. Pemimpin yang bergerak dibidang lapangan apa saja barulah
dapat dikatakan sebagai pemimpin yan efektiv bilamana saja barulah dapat
dikatakan sebagai pemimpin –pemimpin dalam bidang apapun juga termasuk dalam
hal ini bidang dakwah, nilai-nilai kepemimpinan harus dimiliki.
Diantara
nilai-nilain lendership dakwah, yaitu
1. Subjek
dakwah mempunyai lmu pengetahuan yang luas.
2. Subjek
dakwah mempunyai pandangan jauh ke masa depan.
3. Subjek
dakwah harus arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas.
4. Subjek
dakwah harus teguh pendirian dan menjalankan tugas dakwah.
5. Subjek
dakwah harus adil dan bijaksana dalam beritindak.
6. Subjek
dakwah harus sehat jasmani dan rohani.
7. Subjek
dakwah harus pendai berkomuniksai.
8. Subjek
dakwah harus ikhlas dalam menjalankan tugas dakwah.
9. Subjek
dakawh harus yakin bahwa misinya akan berhasil.
D. Fungsi Manajemen Dakwah
Pada
umumnya pengertian manajemen itu dipertegas dengan bermacam-macam fungsi. Pera
ahli berbeda pendapat mengenai fungsi-fungsi menejemen.
Prof.
The Liang Gie memilahkan fungsi menejemen ke dalam perencanaan,
perorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan.[11]
1. Planning (Perencanaan)
Pada hakikatnya
perencanaan berfungsi memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang siapa,
apa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa, tugasnya dilakukan. Perncanaan
menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan
apabila hal ini dicapai, siapa yang harus bertanggung jawab, mengapa hal
tersebut harus dicapai.
Jadi,
perencanaan itu merupakan salah satu fungsi menejemen yang snagat menentukan,
sebab didalamnya terdapat apa yang ingin dicapaioleh sesuatu organisasi serta
langkah-langkah apa yang dilakukan unutk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan juga sangat menetukan keberhasilan menejemen dalam mencapai tujuan
organisasi, terutama untuk menjaga agar
selalu dapat dilaksanakan secara evektif dan evisien. Karena fungsi peren canaan
adalah sebagai berikut.
a. Untuk
mengatur aktifitas dakwah secara sistematis dan terorkodinat guna memudahkan
dan mengefektifkan usaha-usaha pencapaian tujuan dakwah
b. Untuk
memperolrh gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan kehidupan
beragama.
c. Memberikan
landasan untuk melekukan pengawasan kerja dakwah dan penilaian atas hasil-hail
yang sudah dikerjakan.
d. Mendorong
seseorang untuk memperoleh presentasi kerja dan profesional yang
sebaik-baiknya.
e. Memeberikan
kemungkinan pengambangan strategi dakwah secara eferktif dan efisien.
Planing
atu
perencanaan ditunjukan sebagai usaha untuk melihat masa depan, memberikan
rumusan tentang kebijakan maupun tidak-tanduk dakwah masa mendatang untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnyaa. Perencanaan dakwah yang matang,
akan menghasilkan sutu hasil yang baik dan maksimal. Karena itu pelaksanaan
dakwaj harus direncanakan sedemikian rupa, tidak dilaksanakan asal-asalan,
tetapi terprogram dan terencana dengan baik.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing
adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu.
Organisasi dalam arti bagan atau gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat (ada) dalam rangka
usaha mencapai tujuan.
Satuhal yang
terpenting dalam satu organisasi adalah tidak terjadi dualisme kepemimpinan,
dengan tujuan semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota oraganisasi bersumber
dan bertumu pada satu kepemimpinan. Begitu pula dalam lembga organisasi dakwah
yang telah ditetapkan.
Perorganisasian
dakwah dapat diartikan sebagai tindakan untuk menghubungkan aktifitas-aktifitas
dakwah yang efektif dalam wujud kerja sama antara para da’i sehingga mereka
dapat memperoleh manfaat-manfaat pribadi dalam upaya dalam mewujudkan tujuan
dakwahyang diinginkan.
Dalam
oraganisasi dakwah terdapat empat langkah yang harus ditempuh, yaitu:
a. Mebagi-bagi
ekerjaan atau tindakan dakwah yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.
b. Menetapkan
dan mengelompokkan oranga atau para da’i dalam melaksanakan tugasnya.
c. Menetapkan
atau lingkungan dimana aktivitas dakwah itu akan dikerjakan.
d. Menetapkan
jalinan kerjasama antara para dai sebagai sesuatu kesatuan kelompok kerja.
Dalam hal ini
pengorganisasian mencakup segala aspek pelaksanaan dakwah, baik bagi individual
maupun maupun bagi kolektif pekerjaan dakwah. Sehingga masing-masing bidang
melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Actuiting (Penggerakan)
Actuiting
dapat
diartikan pergerakan anggota kelompok sedemikian sehingga berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran usaha yang diinginkan. Actuiting
merupakan fungsi menejemen secara langsung berusaha merealisasikan
keinginan-keinginan oraganisasi, sehingga dalam aktifitas senantiasa
berhubungan dengan metode dengan kebijaksanaan dalam mengatur dan mendorong
agar bersedia melakukan tindakan yang diiginkan oleh orgaisasi tersebut. Supaya
aktivitas actuiting ini berhasil, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
a. Pemenuhn
kebutuhan-kebutuahan peribadi para da’i.
b. Pengetahuan
tentang tujuan dan persepetsi atas tugas-tugas yang dilaksanakan, dan
c. Pengetahuan
tentang pencapaian tujauan dan realitas atas kebutuhan yang membimbingnya.
Dalam upaya mempengaruhi
dan memotifasi pada da’i dismping meberikan bantuan, pemenuhan penugasan yang
jelas dan mendukung pengembangan skil para da’i maka prilaku harus diubah
dengan teladan, pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran, meotivasi. Dan
komunikasi yang baik serta penyajian fakta dakwah yang objektif.
4. Controlling (pengawasan)
Controlling
adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendali dan sesuai dengan
instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentuan yang
sebelum-sebelumnya ditetapkan berrsamaan. Pengendalian atau pengawasan
pelaksanaan dakwah pada hikayatnya. Dilaksanakan untuk megawasi dan mengetahui
siapa didalam usaha-usaha dakwah yang sudah dilakukan oleh setiap tenega da’i
sejalan dengan tugas-tugas yang telah diberikan.
Kegiatan
pegawasan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan da’i sebagai
subjek dakwah. Dalam menjalankan tugasnya akan tetapi untuk menyinkrongkan
antara rencana dengan ralisasi dakwah yang ditetapkan.
Dalam katifitas Controlling
dakwah, dapat disebutkan hal-hal berikut:
a. Mengetahui
apakah aktivias dakwah yang dilakukan da’i dijalan sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian seorang juru dakwah sebagai pimpinan dakwah
dapat ceara dini memproyeksikan probabilitas yang kan terjadi berdasarkan hasil
pengawasan tersebut.
b. Mengetahui
kesulitan-kesulitan, kelemaha-kelemahan, hambatan-hambatan kerja dakwah sebagai
bahan perbaikan dan penyempurnaan aktifitas dakwah itu sendiri.
c. Mengingatkan
efektivitas dan evisiensi kerja dakwah itu sendiri.
d. Mencari
jalan keluar yang lebih tepat jika terjadi kesulitan danhambatan-hambatan dalam
pelaksanaan dan penyempurnaan aktivitas dakwah secara sitematis, strategis, dan
taktis.
Bentuk nyata
atau mekanisme pengendalian dakwah, yaitu berupa laporan dari pelaksana dakwah
itu sendiri dan penilaian-penilaian dari tenaga pengawas yang di tugaskan.
Dra. A. Rasyad
Shaleh menetapkan standar pengikuran sebagai dasar penilaian hasil kerja dakwah
mencakup empat aspek, yaitu
a. Ukuran
kualitas hasil pekerjaan dakwah.
b. Ukuran
kuantitas hasil pekerjaan dakwah.
c. Ukuran
hasil yang dikaitkan dengan penggunaan waktu, dan
d. Ukuran
yang dikaitkan dengan pengguanaan biaya.[12]
Dalam
rangka pengendalian atau pengawasan, dapat pula dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang telah lampau.
E. Evaluating (Evaluasi)
Evaluating
adalah suatu tugas untuk mengevaluasi kegiatan agar aktivits dakwah bertabah
baik dimasa mendatang. Segala aspek yang berkaitan dengan kativitas dakwah
harus dievaluasi, baik subjek dakwah, metode dakwah, strategi dakwah, media
dakwah, pesan-pesan dakwah dan sebagainya. Dengan evaluasi ini diharapkan
faktor-faktor penghamabt yang bersifat negatif dalam pelaksanaan dakwah
diminimalisir.
Hasil
evvaluasi tersebut memudahkan pera pekerjaan dakwah meninvetarisir
faktor-faktor apa saja yang kurang berhasil dalam pelaksanaan dakwah. Dengan
demikian, evaluasi dakwah dapat
memperbaiki kinerja pelaksanaan dakwah pada masa mendatang dan aktifitas
dakwah, dapat berhasil sesuai dengan harapan yang dikehendaki. [13]
BAB
III
KESIMPULAN,
SARAN, dan PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses dakwah
islam yang aktifitasnya meliputi segenap segi atau bidang kehidupan serta
sangant kompleks persoalan-persoalan yang dihadapinya, akan dapat berjalan secara efektif dan secara
efisien apabila dalam penyelenggaraanya senantiasa mempergunakan dan
memanfaatkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh ilmu menejemen. Disini
ternyata bahwa ilmu menejemen yang pada mulanya tumbu dan berkembang dikalangan
dunia perusahaan (bissnis) dan industri,
mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi proses dakwah islam.
Dalam
pemanfaatan dan pengentrapan perinsip-prinsip menejemen dalam proses dakwah
islam, meskipun pendekatn dilakukan dari segi pandang ilmu menejemen, namun
haruslah tetap dilandaskan pada prinsip-prinsip dakwah. Sebab sesuai dengan
ajaran yang didakwahkan dan contoh teladan yang telah diberikan oleh rasul
allah muhammad S.A.W, dakwah punya karakteristik atau watak tersendiri.
B. Saran
1. Dalam
pembicaraan tentang sejarah administrasi dan menejemen, para ahli administrasi
biasanya membagi tiga fase perkembangan, yaitu: frase sejaah yang berakhir pada
1 Masehi, frase sejarah yang berakhir pada tahun 1886 Masehi dan frase moderen
dimulai tahun 1886 hingga sekarang.[14]
Dalam
pembicaraan tersebut, terutama pada frase sejarah, sama sekali tidak pernah
dikemukakan adanya peranan dan sumbangan agama dan umat islamterhadap
perkembangan administrsi dan menejemen itu. Padahal umat islam. Terutama pada
zaman Nabi Muhmmad SAW, dan para khalifah penggantinya, pernah menguasai
negri-negri dan kawasan yang sangat luas dipermukaan bumi ini. Bagaimana mungin
umat islam dapat mengatur negrinya yang begitu luas, tanpa menggunakan
prinsip-prinsip yang sekarang administrasi dan menejemen itu.
Atas
dasr ini maka perlu rasnya umat islam teruatama lembaga-lembaga perguruan
tinggi islam melakukan penelitian dan pembuktian sejarah, bahwa umat islam
mempunyai sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan administrasi dan
menejemen.
2. Untuk
lebih meningkatkan penyelenggaraan dakwah islam, terutama dalam menghadapi
perubahan masyarakat yang sangat pesat dan kopleks, para pelaku dawah, terutama
pemimpinnya, perlu meningkatkan kemampuan menejemennya. Sehingga
penyelenggaraan dakwah berjalan secara efektif dan efesien.
C. Penutup
Demikianlah, mudah-mudahan tulisan
ini merupakan sumbangan berharga, terutama dalam intensifikasi penyelenggaraan
dakwahislam dewasa ini, di negri
tercinta ini. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Samsul Munir, M.A. Ilmu Dakwah. Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2009
Drs. A. Rosyad Shaleh, Management
Da’wah Isam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977.
[1] Prof. Dr.
Ir.Tb. Bachtiar Rifa’i dan Teknologi pembangunan dan Lingkungan Problema
Keseimbangan Menuju Kwalitas Hidup, Prisma, Nomor 1 Tahun ke III,
Pebruari 1974, Penerbit L.P.3.ES, Jakarta. hal 6
[2] Ibid.
[3] Ibid, halaman
4
[4] Dr.
Soejatmoko, Futuologi dan Kita: Suatu Urain Pengantar, Prisma, Nomor 2,
april 1975, Penerbit L.P.3.ES, jakarta, hal. 10.
[5] Ibid.
[6] WJS
Poerwodarmito. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung. Hasta, hal. 107.
[7] Drs. M.
Manulang. Dasar-Dasar manajemen, jakarta: Ghaila Indonesia.1981, hlm.
15.
[8] Ibid.
[9] Drs. M.
Machhasin. Manajemen dakwah, Semarang: Badan Penerbit Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo, 1987. Hal. 1.
[10] Ibid.
[11] Drs. M.
Manulang, op.cit., hlm. 14.
[12] Drs. A. Rosyad
Shaleh, Menejmen Dakwah, hal. 143.
[13] Drs. Samsul
Munir Amin, M.A. Ilmu Dakwah, Cetakan Pertama. 2009.
[14] S.P.
Siagian MPA, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta 1971, hal. 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar