ILMU
PENDIDIKAN ISLAM
Ranah
Tujuan Pendidikan Islam

Disusun
oleh: Muhammad Sultoni
Prodi:
Pendidikan Bahasa Arab/ B/ II
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB SEMESTER II
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO

Kata
Pengantar
Alhamdulillah
wasyukurillah, kami ucapkan sebagai bukti syukur kita kehadirat Allah SWT,
karena berkat nikmat, taufiq, dan hidayah Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tanpa halangan apapun.
Sholawat beserta
salam selalu terlimpah kepada nabi Muhammad SAW. Karena Beliau -lah petunjuk
bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Makalah yang
kami buat merupakan salah satu tugas matakuliah Ilmu Pengetahuan Islam yang
mana didalamnya menjelaskan tentang Ranah Tujuan Pendidikan Islam .
Penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah khazanah pengetahuan serta membuka cakrawala
kita khususnya tentang Pengetahuan Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam membuat makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
kritikdan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan, demi tercapainya makalah
yang baik dan benar besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
. . . September 2014
Penyusun
Muhammad Sultoni
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL i
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
BAB
1PENDAHULUAN ISI 1
A. Latar
Balakang
B. Rumusan Masalah
BAB
IIPEMBAHASAN 2
A.
Ranah
Tujuan Pendidikan Islam
1.
Pengertian Ranah Kognitif
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension) 3
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
4
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
2. Pengertian
Ranah Penilaian Afektif
3. Pengertian
Ranah Penilaian Psikomotor
7
BAB III PENUTUP 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Balakang
Penilaian
adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu
prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka
evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek
atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan
atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses
berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai
atau sikap (affective domain)
c) Ranah
keterampilan (psychomotor domain)
B.
Rumusan Masalah
1) Apa pengertian ranah Kognitif?
2) Apa pengertian ranah Afektif?
3) Apa pengertian ranah Pisikomotor?
4)
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ranah Tujuan
Pendidikan Islam
Ranah
tujuan meliputi, dominan kognitif, afektif dan pisikomotor terkenal pada tahun
1965 melalui buku yang berjudul: Taxonomy
fo Educational Objectives: Cognitive Dominan (Taksonomi Tujuan-tujuan
Pendidikan: Bidang Kognitif), oleh Benyamin S. Bloom, seseorang maha guru dari
Universitas Chicago setelah itu menyusul buku kedua: Taxonomy of Education Objectives Affective Dominan, ditulis oleh
Krathwohl cs, (1964)sedang buku ketiga berjudul: A Taxonomy of Psychomotor Dominan, ditulis oleh: Anita J.Harrow
(1972)
Ketiga
buku ini lah yang dijadikan dasar oleh diniah pendidikan sekarang ini. Secara
umum Nana Sudjana[1],
mencantumkan tujuan-tujuan tersebut untuk tiap-tiap bidang atau domain.
Kognitif:
a. Pengetahuna yang kusus, b. Pemahaman, c. Pengguanan antau alikasi, d.
Nalisa, e. Sintesa, f. Efaluasi. Domain afektif a. Menerima, b. Menjalar, c.
Menilai, d. Mengorganisasikan, e. Memberi sifat atau karakter. Domain
pisikomotor: a. Gerrrrakan refleks b. Gerakan dasar dan sederhana, c. Kemampuan
menghayati, d. Kemmapuan fisik (jasmani), e. Gerakan yang sudah terampil, f.
Komunikasi ekspresif. Semantara, Wincel (1996: 24-5) mengemukakan Taxsonomi
atau kalasifikasi:
1.
Pengertian Ranah Kognitif
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a)
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah
satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan
benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh
guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
b)
Pemahaman (comprehension)
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah
satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar
dan jelas.
c)
Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah
satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam
dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
d)
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk
merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh:
Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata
dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e)
Sintesis (syntesis)
Adalah
kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f)
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah
merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar
kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang
manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat
menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang
yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada
kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji
dilaksanakan dalam sehari-hari.
2.
Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya
yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di
terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dan sebagainya.
Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5)characterization
by evalue or calue complex
Receiving
atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving
atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau
meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif
jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan,
sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding
(= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut
sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam
lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai). Menilai
atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan
tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah
mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti
bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan
(internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah
stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah
tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin,
baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur atau mengorganisasikan),
artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk
didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang
organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang
telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan
nasional tahun 1995.
Characterization
by evalue or calue complex (=karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat
tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia
telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta
didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif
pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta
didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut
disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan
masyarakat.
Secara
skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam
pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai
berikut:
Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala
yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan
suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan
dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkankonasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala
sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh
sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni
pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah
satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, sangat tidak setuju.
3. Pengertian
Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil
belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan
menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu,
maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari
hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada
guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah
ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain; (2)
peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur,
surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan; (3) peserta didik
dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau
kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang
kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat; (4) peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah
atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat; (5) peserta didik dapat memberikan
contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum
pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag
dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah
ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain; (6) peserta didik dapat memberikan
contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam
mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan
rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain; (7) peserta didik dapat
memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti
menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri
waktu membeli karcis, dan lain-lain, dan (8) peserta didik mengamalkan dengan
konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah,
kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Ranah
Pisikometerik (pcychonotorik Domain),
menurut kalasifikasi smtson: (1) presepsi, (2) kersiapan, (3) gerakan
terbimbing, (4) gerakan yang terbiasa, (5) gerakan yang kompleks, (6)
penyesuaian, dan (7) kreatifitas.
Tiga ranah ini amat terkait dengan salah satu
orientasi kurikulum, yaitu orientasi pada peserta didik, dimana orientasii ini
memberikan kompas pada bakat, minat, dan kemampuan. Oleh karena itu manjadi
suatu keharusan bagi seseorang pendidik atau guru untuk sedapat mungkin
menggunakan kata-kata oporsional dalam perumusan TIK.
Mengingat rumusan tujuan dibuat oleh guru maka guru
harus mamahami tiga hal pokok, : (1) guru harus mempeljari kurikulum (2) guru
harus mamahami tipe-tipe hasil beajar (3) memehami cara merumuskan cara
pembelajaran.
Ranah tujuan pendidikan islam sebenarnya labih luas
lagi dari ranah diatas; disamping kognitif, afektif, dan pisikomotorik juhg
maliputi ranah konatif dan performantce. Konatif, berhubungan motifasi atau
dorongan dari dalam atau disebut niat, sebagai ttik tolak peserta didik untuk
melekukan sesuatu. Sedang performants kualllitas atau kinerja ayng dilakukan
seseoarang. Misalnya ranah tujuan ibadah solat. Ranah konitif yaitu pengetahuan
tentang solat. Ranah konati adalah niat (motifasi) melaksanakan pengentahuan tentang solat,
ranah pesikomator pengemalan solat, ranah afektif, pengaruh solat terhadap
mental dan ranah performance seperti kahusuk, tawaduk, dan tuma’ninah.
BAB
III
Kesimpulan
dan Penutup
A. Kesimpulan
1. Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak).
2. Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci
lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (a) receiving (b) responding (c)valuing (d) organization (e) characterization
by evalue or calue complex.
3. Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
B. Penutup
Mahasiswa dapat memahami beberapa
aspek-aspek dalam dalam ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Supaya peserta didik dapan mengembangkan
bakatnya lebih dari yang mereka kira. Dan membuat para peserta didik menjadi
manusia-manusi yang berhasil dalam kehidupannya.
Daftar
Pustaka
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Prof. DR. H.
Ramayulis.1992. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia
Nana
Sudjana. 2004. Dasar-dasar Proses
Belajar-mengajar. Bandung: Sianar Baru Algensindo Offset.
[1]
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar-mengajar, Bandung: Sianar Baru
Algensindo Offset 2004 , hal 59-60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar